KOMPAS.TV - Mengapa saya tidak bahagia? Atasan: kurang apresiasi, pasangan: kurang perhatian, rekan kerja: mau menang sendiri.
Jadi, siapakah yang harus berubah? Atasan, pasangan, rekan kerja?
Siapa yang sedang sakit? Yang sakit adalah yang merasakan tidak bahagianya itu: Saya.
Pembelajaran:
ResponsibilityHappiness atau kebahagiaan adalah sesuatu yang kita upayakan sendiri.
Influenced vs determinedApakah kebahagiaan kamu bisa dipengaruhi oleh orang lain?
Dipengaruhi orang lain tidak sama dengan ditentukan kamu sendiri.
Berkaitan akan hal tersebut, ini beberapa kebiasaan yang perlu kamu tinggalkan, menurut Olecia Christie, pelatih kehidupan bersertifikat di San Antonio, dan para ahli lainnya:
Membandingkan hidupmu dengan orang lain di media sosial.Di era media sosial, selalu terlihat bahwa orang-orang menjalani kehidupan terbaik mereka, kecuali dirimu.
Membiarkan rasa takut menahan kita untuk tidak melakukan sesuatu.Anthony Freire, pendiri The Soho Center for Mental Health Counseling di New York mengatakan bahwa untuk melepaskan rasa takut, malu, dan bersalah, kamu harus terlebih dahulu memberikan sorotan pada mereka.
Khawatir akan hal yang tak bisa dikendalikan.Sangat tidak realistis untuk berhenti khawatir atau stres. Perasaan ini adalah bagian normal dari kehidupan. Tapi, cobalah fokus pada kekhawatiran yang bisa kamu tangani.
Dendam lama atau keluhan.Penelitian menunjukkan bahwa menyimpan dendam atau kemarahan lebih dari yang diperlukan bisa menjadi racun bagi kesehatan fisik dan mental.
Apa yang orang lain pikirkan tentangmu.Penting untuk tahu apa nilai yang kamu punya, sehingga kamu tidak terpengaruh pikiran orang lain.
Keinginan untuk selalu benar di setiap konflik.Kita semua berusaha memenangkan argumen. Namun, itu dapat menyebabkan lebih banyak stres daripada nilainya.