Belajar dari Korsel, Mengurangi Infeksi Virus Corona Tanpa Lockdown

2020-03-17 15,304

SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Selatan adalah salah satu negara dengan jumlah pasien positif virus corona atau covid-19 terbanyak di luar China. Namun secara bertahap pemerintah Korea Selatan berhasil menurunkan jumlah infeksi virus corona tanpa harus melakukan lockdown atau isolasi di negara tersebut.

Hingga Selasa (17/3/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Korsel mencapai 8.320 dengan 81 kematian. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), dalam dua pekan sebelumnya, rata-rata jumlah kasus tercatat 500 lebih setiap hari.

Namun, sejak Jumat lalu, angka ini turun menjadi 438, kemudian 367 pada Sabtu, dan 248 pada Minggu.

Lalu bagaimana cara pemerintah Korea Selatan menurunkan jumlah infeksi tanpa melakukan lockdown?

Pemerintah Korsel melakukan tes massal kepada warganya secara gratis. Negara ini juga mampu memproses lebih dari 15.000 tes diagnostik dalam sehari, dan angka keseluruhan tes mencapai hampir 200.000. Pemerintah juga menyediakan 50 stasiun pengujian virus Corona dengan konsep drive-thru di seluruh Korea Selatan, di mana hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk mengikuti prosedur pengujian. Hasil tes akan tersedia dalam waktu beberapa jam.

Mereka juga meningkatkan komunikasi publik dan penggunaan teknologi. Dibanding harus mengisolasi warganya, pemerintah Korea Selatan memilih untuk proaktif memberikan informasi yang dibutuhkan warganya agar tetap aman, termasuk pengarahan media dua kali sehari dan peringatan darurat yang dikirimkan melalui telepon seluler kepada mereka yang tinggal atau bekerja di distrik yang terdapat kasus positif baru.

Alasan pemerintah Korsel tidak me-lockdown negara tersebut karena kebijakan tersebut akan sulit diaplikasikan di dalam masyarakat Korsel yang berdemokrasi.

\"Tanpa melanggar prinsip masyarakat yang transparan dan terbuka, kami merekomendasikan sistem respons yang memadukan partisipasi publik sukarela dengan aplikasi kreatif teknologi canggih,\" kata Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan, Kim Gang-lip, dikutip dari South China Morning Post.

Rincian mengenai riwayat perjalanan pasien positif juga tersedia di situs web kota secara transparan, bahkan pemerintah Korsel membuka dan mencantumkan informasi tempat tinggal atau nama pasien, yang dapat membuat masyarakat dapat mengukur diri sendiri apakah mereka beresiko atau tidak.