BULUKUMBA, KOMPASTV - Jembatan bambu yang jauh dari kata layak menjadi satu-satunya akses yang paling diandalkan oleh warga di tiga desa di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Jembatan bambu ini dibangun secara swadaya oleh warga kampung setempat. Namun karena termakan usia beberapa batang bambu di jembatan Ini sudah terlihat lapuk. Warga yang menyeberang pun harus berhati-hati lantaran kondisi jembatan sangat tidak aman dan membahayakan.
Oleh warga Desa Sapanang, jembatan ini disebut Jembatan Patihi karena lokasinya berada di atas sungai Kampung Patihi yang menghubungkan tiga desa di wilayah Kecamatan Kajang Bulukumba yaitu Desa Batu Nilamung, Pattiroang, dan Desa Tanah Toa.
Jembatan ini dibangun dengan cara masing-masing ujungnya dikaitkan menggunakan bambu pada pohon di pinggir sungai. Sementara pada bagian bawah ujung jembatan hanya terpasang beberapa balok sebagai penyanggah.
Tentu saja, jembatan ini tak layak sebagai akses penyeberangan bagi ratusan warga dalam melakukan aktivitas sehar-hari. Namun, mereka tak punya pilihan lain.
Agar bangunan jembatan tidak roboh, bagian bambu yang mulai retak diganti dengan bambu yang baru. Menurut warga, penggantian bambu jembatan yang lapuk dilakukan setiap tahun.
Panjang jembatan patihi kurang lebih 25 meter dengan lebar hanya satu meter. Karena itu, kekuatan jembatan sangat terbatas sehingga hanya bisa dilalui oleh beberapa warga secara bergantian.
Lain halnya dengan pengendara motor lantaran jembatan bambu hanya untuk pejalan kaki maka warga yang menggunakan motor harus melintas dengan cara menerobos sungai. Hanya saja bila arus deras, tak ada jalan lain bagi mereka kecuali memarkir motor di pinggir sungai lalu ikut berjalan kaki melintasi jembatan bambu.
Warga sering kali dijanjikan oleh pemerintah setempat akan mendapatkan jembatan baru yang dibangun dengan layak. Namun puluhan tahun telah berlalu jembatan layak belum juga terwujud.