JAKARTA, KOMPASTV - Jika biasanya \"shortfall\" pajak alias selisih target dan realisasi menjadi momok menakutkan, kini pemerintah justru lebih siap minum \"jamu pahit\" ini. Melawan penyebaran dampak corona, insentif pajak bakal ditebar meski penerimaan negara jadi korban. Tujuannya lebih besar yaitu memberi \"gizi ekonomi\" agar imunitas daya beli masyarakat terjaga.
Dahsyat dan kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dampaknya lebih rumit ketimbang krisis tahun 2008. Corona sungguh melukai jantung-jantung ekonomi dunia sampai mencederai nadi bisnis di Indonesia.
Melawan gelombang dampak corona terhadap ekonomi pemerintah menebar insentif pajak mulai dari individu sampai dengan korporasi.
Kebijakan pemerintah melonggarkan penerimaan negara sama saja sedang menyembuhkan \"penyakit kronis\".
\"Jamu manis\" akan jadi \"gizi\" bagi kantong masyarakat, sedangkan \"jamu pahit\" yang terpaksa ditelan pemerintah itu bernama \"shortfall pajak\". Ini punya makna Penerimaan pajak bakal di bawah target.
Agar tak terlalu berat memikul beban, pemerintah diminta selektif memberikan keringanan pajak.
Target penerimaan pajak tahun ini ditetapkan 1.642 triliun Rupiah. Banyak yang memandang pesimistis akan tercapai, tetapi inilah waktunya negara hadir.
Bersakit-sakit memikul beban agar hal yang lebih \"sakral\" yaitu \"daya beli\" tidak digerogoti imbas corona.