JAKARTA, KOMPASTV - Menurut Anies, menurunnya peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia karena warga DKI mulai sadar untuk menggunakan transportasi umum. Anies menyebut jumlah pengguna kendaraan umum selalu mengalami peningkatan setiap tahun.
Dari 338.000 penumpang angkutan umum per hari di tahun 2016 dan di awal Februari 2020 jumlah penumpang kendaraan umum mencapai satu juta per hari. Anies mengapresiasi kepada semua pihak yang telah membantu transportasi umum di Jakarta menjadi lebih baik dan nyaman digunakan oleh masyarakat.
Ia pun menargetkan Jakarta akan keluar dari peringkat 10 besar sebagai kota termacet di dunia.
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI-P, Gilbert Simanjuntak membantah klaim Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut tingkat kemacetan di Jakarta menurun.
Gilbert beranggapan turunnya peringkat kemacetan di DKI Jakarta karena masuknya tiga kota baru ke peringkat sepuluh besar kota termacet di dunia.
Di antaranya dua kota di India, Bengaluru dan Pune serta Ibu Kota Filipina, Manila.
Sementara itu, Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna meminta Pemprov DKI Jakarta tak hanya fokus pada turunnya peringkat kota termacet di dunia tetapi harus paham penyebab kemacetan di ibu kota.
Ia menegaskan peringkat Jakarta di indeks kota termacet di dunia bukan menjadi acuan utama keberhasilan pemprov DKI dalam mengatasi kemacetan.
Jakarta mengalami kemacetan di jam-jam tertentu sehingga angka kemacetan yang dirilis traffic index tidak bisa dijadikan kesimpulan.