Ancaman Stabilitas Harga Beras dan Gabah, Bagaimana Nasib Petani?

2020-02-11 2,192

CIREBON, KOMPASTV - Saepuri kini tengah dirundung khawatir. Sebagian tanaman padinya rubuh dihantam hujan deras dan angin kencang yang mengguyur wilayah Kabupaten Cirebon selama beberapa hari terakhir. Petani Desa Panguraga Kulon Cirebon Jawa Barat itu pun terpaksa mengeluarkan modal tambahan untuk mengganti bibit padi yang rusak.

Tak hanya pusing memikirkan tanaman yang rusak karena hujan. Saepuri juga harus memikirkan masa panen raya mendatang. Ia khawatir gabah yang dihasilkannya nanti tidak berbuah hasil. Hingga kini Saepuri masih menyimpan sekitar tiga ton stok gabah kering giling hasil panen sebelumnya yang belum juga terjual.

Kekhawatiran tak hanya milik Saepuri seorang. Saepuri adalah satu dari ratusan petani padi yang bergabung dalam kelompok tani atau Gapoktan Sri Jaya Makmur Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Kondisi ini sebenarnya tidak menguntungkan bagi para petani karena hasil produksi mereka tidak laku terjual. Hal ini diduga akan semakin parah pada Mei mendatang saat panen raya musim tanam pertama dimulai. Petani pun berharap gabah yang tak terjual dapat diserap pemerintah pada panen musim tanam pertama pada April - Mei mendatang.

Sejak akhir Agustus 2019 Perum Bulog tidak lagi memasok beras untuk Program Beras Sejahtera atau Rastra seiring perubahan model bantuan pangan dari langsung menjadi bantuan non tunai. Sejumlah kalangan telah mengingatkan adanya potensi masalah akibat perubahan tersebut.

Perubahan bantuan pangan ternyata turut mengubah lanskap perberasan nasional. Hulu dan hilir yang dulunya terintegrasi kini terfragmentasi. Ditakutkan hal ini dapat mejadi bom waktu yang akan mempengatuhi stabilitas harga baik ditingkat konsumen maupun produsen dan petani karena hilangnya salah satu instrumen pengendali harga.

Free Traffic Exchange