Banjir Dan Sejarah Kanal Batavia - SINGKAP

2020-01-20 3,715

Banjir merendam beberapa wilayah di Jabodetabek pada awal tahun 2020. Namun bukan kali ini saja warga Ibu Kota harus berhadapan dengan air bah yang merendam rumah, menghanyutkan barang-barang dan bahkan menelan korban. Banjir sudah terjadi sejak Jakarta masih bernama Batavia.

Dahulu Batavia dikelilingi banyak sungai yang indah namun tanahnya lebih rendah dari permukaan laut, sangat berpotensi mengalami banjir. Sehingga Gubernur Jenderal VOC , Jan Pieterszoon Coen, mulai mengurus drainase untuk antisipasi dengan mengadopsi sistem kanal seperti yang ada di Belanda, karena kedua wilayah tersebut memiliki kerakteristik yang sama.

Selain untuk mengatasi banjir, tujuan pembangunan kanal juga sebagai pemasok air dan mempermudah transportasi air. Pembangunan kanal awalnya berfungsi dengan baik dan Batavia menjadi kota yang indah mirip dengan Kota Amsterdam. Hal inilah yang menjadikan Batavia dijuluki Queen of the East atau Ratu dari Timur.

Keindahan kawasan Kanal tidak berlangsung lama, akibat kerusakan ekologi yang disebabkan oleh limbah dan sampah. Kejayaan sebagai urat nadi kota pun meredup. Saat musin hujan, debit air yang tinggi membuat kanal-kanal meluap dan membanjiri bagian kota yang lebih rendah, jika banjir surut banyak lumpur maupun kotoran yang tertinggal di daratan.

Penanggulangan banjir menjadi program kerja terpenting era pemerintah kolonial, namun pada masa Jepang penanggulangan banjir terbengkalai. Ratusan tahun berlalu, Jakarta masih berkutat dengan masalah yang sama hingga saat ini. Usaha penanggulangan banjir via struktur maupun nonstruktural sudah dilakukan. Namun menciptakan lingkungan sehat bukan perkara mudah, perlunya kerja sama dari berbagai pihak yaitu pemerintah dan masyarakat.

#SINGKAP