PURWOREJO, KOMPAS.TV - Fenomena Keraton Agung Sejagat, berlanjut.
Setelah Toto Santosa dan Dyah Gitarja alias Fanni Aminadia, yang mengaku-ngaku sebagai sang raja dan sang ratu ditangkap, polisi kembali menemukan lokasi kerajaan di Klaten, yang serupa dengan di Purworejo.
Namun yang berbeda, jumlah pengikut di Klaten, jauh lebih sedikit dibanding pengikut di keraton Purworejo.
Kamis malam, Kepolisian Sektor Prambanan Klaten telah memeriksa dua pengikut Keraton Agung Sejagat. Pemeriksaan berlangsung selama 8 jam di Polsek Prambanan Klaten.
Usai pemeriksaan, dua perempuan yang salah satunya diduga sebagai Mahamenteri Keraton, langsung meninggalkan lokasi.
Fenomena Keraton Agung Sejagat, terbilang cukup mengundang perhatian publik.
Sebagai pemimpin Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso mengaku menguasai seluruh kerajaan di dunia bersama Sang Ratu Dyah Gitarja.
Mereka juga mengklaim sebagai juru damai, dan penerus Kerajaan Majapahit.
Ratusan orang tertarik menjadi pengikut Totok Santoso di Keraton Agung Sejagat, karena iming-iming jabatan tinggi di keraton dan akan memperoleh penghasilan hingga ratusan juta rupiah.
Anehnya, mereka yang bergabung, justru dimintai dana iuran hingga puluhan juta rupiah.
Setelah meresahkan dan membuat warga desa pogung jurutengah, purworejo menolak kehadirannya, kisah keraton agung sejagat terkuak.
Selasa lalu, polisi telah menangkap toto santosa dan fanni aminadia, dengan sangkaan pasal penipuan dan menimbulkan keonaran.
Warga yang terlanjur bergabung, juga diminta agar sadar diri.
Kemunculan keraton agung sejagat di era modern sedikit banyak mengungkap, masih banyak di antara warga masyarakat yang percaya kepada hal yang kurang rasional.
Mereka kurang berpikir kritis, dan cenderung mengambil jalan pintas untuk memperoleh keuntungan ekonomi instan.
Kini proses hukum sudah berjalan, namun mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih rasional, adalah tugas sosial dari akar rumput hingga pemerintah daerah.