Warga kembali menemukan seekor anak ular kobra di perumahan Royal Citayem, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah ditangkap, seekor anak ular kobra itu langsung dimasukkan ke dalam botol. Bukan cuma di Bogor, kemunculan belasan ular kobra di permukiman warga ada di Padukuhan Kepek Satu, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, selama satu bulan terakhir juga membuat warga resah.
Lalu apa sajakah fakta dari ular kobra?
Ular kobra beracun dengan kandungan mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, cytotoxin. Khusus di Indonesia, banyak kematian manusia disebabkan kandungan bisa cardiotoxin dan neurotoxin. Gigitan ular kobra dapat menyerang sistem saraf hingga dapat menyebabkan kematian.
Ular menyukai tempat lembab yang jarang aktivitas atau getaran dan penampakan orang. Selain itu, waktu penetasan anakan ular antara November hingga Januari yang didahului dengan proses bertelur pada 1-2 bulan sebelumnya. Indukan ular kobra bisa bertelur sebanyak 10 hingga 12 butir telur. Berbeda dengan unggas yang menjaga telurnya hingga menetas, telur kobra akan ditinggalkan ditempat tersembunyi dan dibiarkan menetas dengan mandiri.
Ular kobra bertahan hidup dengan mengandalkan indera penciumannya. Ular kobra memiliki indera penciuman yang sangat baik. Indera penciuman ular kobra memiliki sensor yang terletak pada lidah. Sensor inilah yang dapat membantu ular kobra untuk dapat menemukan mangsanya.
Alasan kobra masuk ke dalam hunian rumah dikarenakan sejumlah faktor. Pertama, habitat kobra dekat dengan manusia, kawasan berlimpah makanan, habitat ular dihuni oleh manusia, tempat lembab, jarang dibersihkan, dan terdapat mangsa.
Ada sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan, seperti tidak menumpuk barang bekas, rutin membersihkan lingkungan rumah termasuk saluran air, hingga menggunakan pewangi lantai untuk mengepel. Simak selengkapnya dalam program SISI TV berikut ini.
#Kobra #TerorKobra #UlarKobra