Anak di Korea Selatan Alami Krisis Identitas

2019-12-04 1,844

Song Hong Ryon, gadis keturunan Korea Utara-China yang berusia 19 tahun ini kerap merasa krisis identitas. Ia hanya memiliki dua teman asal Korea Selatan pascapindah dari China. Sebelumnya, ibu Song meninggalkan Korea Utara dan pergi ke China pada akhir 1990-an. Wanita Korea Utara memang kerap melarikan diri ke China untuk menikah dengan petani Tiongkok.



Setelah itu para wanita ini pindah ke Korea Selatan dan kerap meninggalkan anak mereka di China. Namun, beberapa ibu juga membawa anak mereka ke Korea Selatan walaupun membutuhkan waktu yang lama. Song meninggalkan Kota Yanji, China, saat ia berusia 10 tahun atau pada 2010 silam.



Song pun bertemu kembali dengan orang tuanya setelah enam tahun berpisah, yaitu pada 2016. Di Korea Selatan, anak-anak seperti Song sering menghadapi krisis identitas dan hambatan bahasa. Banyak dari mereka yang merasa seperti orang asing dan tertinggal secara akademis dan sosial.



Karena tidak ada darah Korea Selatan, mereka tidak dapat berasimilasi dengan masyarakat. Anak kelahiran China ini juga tidak dapat bantuan khusus seperti pengungsi kelahiran Korea Utara. Yaitu berupa hak masuk universitas nasional, pembebasan biaya kuliah, dan wajib militer. Anggota parlemen Korea Selatan usulkan untuk menyediakan bantuan yang sama pada anak Korea Utara kelahiran China.

Sumber: APTN
Anak di Korea Selatan Alami Krisis Identitas