Tugas berat harus dihadapi timnas bola voli putri, para perhelatan sea games di Filipina. Dalam 20 kali keikutsertaan di ajang 2 tahunan ini, tim putri hanya mampu meraih 1 emas, 7 perak, dan 8 perunggu. Medali emas satu-satunya diraih tahun 1983 di Singapura, sedangkan pada 2017 lalu di Malaysia, Amalia Fajrina terhenti di babak final, dan membawa pulang perak.
Absennya open spiker Aprilia manganang, karena cedera lutut, menjadi satu kerugian bagi srikandi bola voli tanah air. Tetapi, sang pelatih, Oktavian mengklaim, kekuatan anah asuhnya telah merata, untuk tampil di sea games.
3 kali try out, di Korea Selatan, Thailand, dan Filipina dijadikan ajang untuk meramu strategi, serta membaca kekuatan lawan di sea games 2019. Tim putri pun menargetkan menembus babak final, dengan menyingkirkan Vietnam dan Filipina terlebih dahulu, sebelum cobaan terbesar hadir saat bentrok dengan ratu bola voli Asia Tenggara, Thailand.
Lain putri, lain pula yang dialami timnas putra. Timnas putra Indonesia menjadi tim paling berprestasi dalam perhelatan sea games, dengan mengantongi 9 emas, 7 perak dan 2 perunggu. Namun dominasi timnas voli Indonesia terhenti oleh Thailand, mulai tahun 2011, hingga yang terakhir yaitu sea games 2017 di Malaysia.
Pasukan arahan Li Qiu Ciang, kini akan berjuang untuk menghentikan dominasi tim gajah putih. Dalam persiapannya , timnas putra , hanya mendapatkan satu kali tryout yaitu pada kejuaraan Asia di Iran. Turnamen yang melibatkan negara-negara asia ini dimanfaatkan timnas putra untuk mencari komposisi serta mengalaman bermain dengan negara lain. Sang kapten, Nizar Julfikar mengklaim, Indonesia dan Thailand memiliki sumber daya atlet yang sama, namun kalah dalam hal jam terbang bermain di luar negeri.