TRIBUN-VIDEO.COM – Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika merupakan sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika digelar untuk menyatukan negara-negara setelah dijajah.
Perang Dingin terjadi ketika Perang Dunia II selesai.
Pada saat itu kolonialisme lawas diganti dengan neo-kolonialisme.
Negara komunis yang kuat dan negara liberal yang tidak kalah kuat, membuat negara bekas jajahan yang baru saja merdeka menjadi pertarungan.
Pemimpin negara di Asia Afrika menyadari bahaya adanya Perang Dingin tersebut.
Ali Sastroamijoyo mengusulkan untuk mengadakan kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika dalam menjaga perdamaian dunia.
Pada 25 April hingga 2 Mei 1954, Ali Sastroamijoyo memenuhi undangan Perdana Menteri Srilanka Sir John Kotelawala.
Ali Sastroamijoyo bertemu dengan beberapa pemimpin negara Asia lainnya dan mengusulkan untuk diadakan pertemuan lagi.
Kemudian 28-29 Desember 1954, Ali Sastroamijoyo berkumpul di Bogor, untuk mengusulkan sebuah kerja sama.
Kemudian Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut.
Gubernur Jawa Barat membentuk sebuah panitia lokal untuk mengurusi mengurusi akomodasi, transportasi, logistik, keamanan, penerangan, komunikasi, kesehatan, hiburan, dan lainnya.
Tempat KAA berlangsung di Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun.
Tempat penginapan disiapkan di Hotel Preanger, Hotel Homman, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di sekitar Lembang, Ciumbuleut, dan jalan Cipaganti.
Jumlah peserta yang hadir diperkirakan sekitar 1500 orang.
Sebanyak 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, serta 230 sopir disiapkan untuk memperlancar KAA.
Gedung Dana Pensiun kemudian diubah namanya menjadi Gedung Dwiwarna.
Gedung Concordia diganti menjadi Gedung Merdeka.
29 para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika berkumpul dan akan melaksanakan KAA di Bandung.
Kemudian Konferensi dibuka pada 18 April 1955 dan dilaksanakan hingga 24 April 1955.
Soekarno membuka KAA diawali dengan pidato "Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru".