Gunung Andong, Gunung dengan tinggi 1726 Mdpl dan Tiga Puncak yang Terletak di Kabupaten Magelang

2019-09-30 1,546

TRIBUN-VIDEO.COM – Gunung Andong adalah gunung yang terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Gunung Andong mempunyai tinggi 1726 Mdpl dengan tiga puncak yaitu Puncak Makam, Puncak Sejati, dan Puncak Alap-alap.

Letaknya yang berada di Kabupaten Magelang, menempatkan Gunung Andong berdekatan dengan daerah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.

Pada tahun 2014, nama Gunung Andong menjadi familiar di masyarakat karena dapat digunakan sebagai spot foto pemandangan yang menarik dan juga instagenis.

Nama Andong

Terdapat beberapa versi perihal arti atau makna kata ‘Andong’ dalam ‘Gunung Andong’.

Beberapa warga meyakini bahwa kata Andong diambil dari bentuk puncak Gunung Andong yang menyerupai punggung sapi, sehingga disebut dengan Andong.

Versi yang kedua, kata ‘Andong’ berasal dari kata ‘Andongo’ yang dalam sebagian kebudayaan masyarakat Jawa mempunyai arti ‘permohonan’ atau ‘berdoa’ kepada sang pencipta alam.

Versi yang terakhir yang juga banyak dipercaya oleh masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Andong adalah, kata ‘Andong’ dari Gunung Andong, menurut beberapa warga berasal dari sebuah tanaman yang juga bernama Andong.

Tanaman Andong atau yang juga bisa disebut ‘Hanjuang’ adalah sebuah tanaman berjenis perdu dengan ciri-ciri daun berwarna merah.

Tanaman Andong mempunyai manfaat dan khasiat yang beraneka ragam mulai dari daunnya yang dapat dipakai sebagai pembungkus makanan.

Kemudian kandungan dalam tanamannya yang mempunyai kadar anti bakterial yang tinggi.

Selain itu pada daun batangnya juga tersimpan berbagai macam zat yang mempunyai sifat antikoagulan (menghambat pembekuan darah), antiproliferatif atau zat antikanker.

Selanjutnya, Kata ‘Andong’ tidak dapat diartikan dan dikaitkan dengan kendaraan ‘Andong’ atau ‘Dokar’. Hal tersebut menurut beberapa warga merupakan hoax informasi mengenai sejarah kata Gunung Andong.

Sejarah & Cerita Rakyat

Dituturkan oleh Slamet Wiyata (41), seorang penghuni setempat yang mengutip kalimat juru kunci Gunung Andong, bahwa terdapat aktivitas penebangan hutan yang terjadi pada kurun waktu 1970an.

Hal tersebut menurutnya menjadikan sebagian besar hutan yang ada di Gunung Andong hilang.

Slamet Wiyata yang lahir di Yogyakarta dan besar di Temanggung ini juga mengisahkan bahwa dirinya mulai naik Gunung Andong pada tahun 2000an melewati berbagai jalur.

Pada tahun 2010, ditutukan oleh Wiyata bahwa ia membuka dan mulai mengenalkan pendakian Gunung Andong.

Cara mengenalkannya adalah melalui kegiatan penanaman pohon-pohon di lingkungan alam Gunung Andong.

Pada tahun 2014, secara resmi Basecamp Gunung Andong dibuka.

“Dulu masyarakat desa sawit sangat sejuk, sangat kalem, kemudian mereka sangat menjaga kearifan lokal, namun semenjak dibukanya pendakian Gunung Andong, agak sedikit bergeser. Itu dipengaruhi oleh SDM, pola pikir penduduk lokal” kata Wiyata.

Namun demikian, hal tersebut justru semakin mengenalkan potensi wisata setempat karena menambah mata pencaharian warga sekitar.

Di luar konteks cerita rakyat dan sejarah Gunung Andong, pada tahun 2015, ditemukan jenazah seorang gadis di Dusun Kembangan, Desa Ngasinan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (4/10/2015) malam.

Tradisi

Gunung Andong dan masyarakat sekitar yang tinggal di lereng-lereng gunung mempunyai ikatan kebudayaan berwujud tradisi yang diperingati di hari-hari tertentu.

Tradisi ini merupakan bentuk terima kasih warga lokal karena dapat hidup berdampingan dengan alam beserta seluruh kekuatan yang tak tampak.

Bentuk terima kasih ini diterangkan oleh Wiyata bukan merupakan sebuah penghormatan kepada hal ghaib. Melainkan wujud syukur atas karunia pencipta alam semesta.

Beberapa tradisi dituturkan oleh Wiyata dahulu hanya terdapat di perkampungan desa.

Namun demikian, semenjak aktivitas warga lokal lebih banyak berinteraksi dan melakukan kegiatan di sekitar Gunung Andong (terkait pengelolaan wisata dan sebagainya), maka kegiatan tradisi lokal tersebut juga kemudian diadakan di Gunung Andong.