TRIBUN-VIDEO.COM - Pasca lulus dari STOVIA pada 28 Oktober 1905, dr. Cipto Mangunkusumo bekerja sebagai dokter pemerintah. Prestasinya sebagai dokter cukup cemerlang, Bersama beberapa dokter lain, ia dapat membasmi penyakit pes yang saat itu tengah mewabah di daerah Malang, Jawa Timur.
Atas jasa itu, Pemerintah Belanda memberikan penghargaan Willem Klas 3 kepadanya, namun oleh Cipto ditolak. Ia lalu mundur sebagai dokter pemerintah dan mulai merambah ke dunia politik.
Cipto lalu aktif menulis di harian De Locomotief sejak 1907. Di sana ia menuliskan kritikan-kritikannya terhadap pemerintah colonial.
Selain itu, Cipto juga dikenal sebagai salah satu pendiri Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Namun tidak berselang lama, karena setahun berikutnya ia mengundurkan diri dari organisasi modern pertama di Indonesia itu.
Dikutip dari historia.id, setelah mundur sebahai dokter pemerintah, Cipto hadir dalam rapat Pengurus Besar Budi Utomo di Yogyakarta pada 9 September 1909. Saat itu, di Budi Utomo Cipto masih menjabat sebagai komisaris.
Dalam rapat itu, Cipto sangat gigih menyuarakan supaya Budi Utomo menjadi organisasi politik yang memperjuangkan kebangsaan dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapapun yang ingin bergerak dalam politik kebangsaan.
Namun usunya ditolak. Dikutip dari pahlawancenter.com, pendapat Cipto itu ditentang oleh dr. Rajiman Widyodiningrat. Ternyata pemikiran revolusioner Cipto saat itu belum mendapat tempat di Budi Utomo.
Saat itu, yang terpilih menjadi Ketua Pengurus Besar Budi Utomo adalah R. T. A. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, Jawa Tengah.