Tradisi Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga

2019-08-23 3

Prosesi ritual penjamasan pusaka keris serta baju Kotang Onto Kusumo milik Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak, Jawa Tengah, dari awal hingga akhir berlangsung sakral. Selama proses penjamasan pusaka di dalam cungkup makam kondisi mata harus terpejam, jika sabda dari Sunan Kalijaga tersebut dilanggar maka mereka akan mengalami kebutaan.



Setiap tanggal 10 Dzulhijah, tepatnya hari raya Idhul Adha, seluruh putro wayah,anak cucu Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah selalu menjalankan wasiat penjamasan pusaka. Adapun pusaka yang hendak dijamas berupa Keris Kyai Crubuk serta baju Kotang Onto Kusumo yang sejak ratusan tahun hingga kini masih tersimpan di dalam cungkup makam.



Sebelum pelaksanaan prosesi penjamasan dimulai terlebih dahulu para abdi dalem mengambil minyak jamas di dalam gedung Pangeran Wijil V. Rupanya minyak yang hendak digunakan untuk menjamas pusaka adalah minyak khusus yang berasal dari campuran minyak Kadilangu Demak Bintoro serta minyak kiriman dari Kasunan Surakarta Hadiningrat yang diserahkan langsung oleh Kanjeng Gusti Pangeran Dipo Kusumo. Bahkan prosesi serah terima minyak kiriman dari Kasunan Surakarta Hadiningrat yang diberikan kepada Kasepuhan Kadilangu juga melalui tata cara keraton dengan pengawalan prajurit khusus kasunan.

Menurut Kanjeng Gusti Pangeran Dipokusumo Datu dari Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat mengatakan pengiriman abon-abon minyak serta berbagai ubo rampe dari Kasunanan Surakarta ke Kasepuhan Kadilangu Demak merupakan sebuah kewajiban untuk menghormati Kanjeng Sunan Kalijaga yang telah berjasa menata pemerintahan Mataram pada saat itu. Minyak tersebut selanjutnya dicampur dengan minyak Kadilangu untuk menjamas pusaka milik Kanjeng Sunan berupa keris dan ageman baju Kotang Onto Kusumo.



Selama berlangsung prosesi prosesi penjamasan pusaka menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sekitar maupun luar daerah. Lantaran sebelum proses penjamasan dimulai seluruh kerabat Sunan Kalijaga melakukan kirab sambil membawa minyak jamas.

Sesampai di depan makam seluruh kerabat tidak diizinkan masuk ke dalam cungkup sebelum melaksanakan prosesi sungkeman yang dilanjutkan dengan doa tawasulan. Begitu pintu cungkup dibuka oleh juru kunci tidak semuanya diperbolehkan masuk. Hanya 7 orang yang sudah ditunjuk yang diperbolehkan masuk untuk melakukan penjamasan. Mereka yang ditunjuk oleh sesepuh tidak sembarangan karena mereka wajib puasa selama 7 hari serta tidak boleh tidur sehari semalam. Hal ini dimaksudkan agar para penjamas saat menjalankan tugas tidak disertai dengan hawa nafsu. Hati mereka harus benar-benar terjaga.



Selama berlangsung ritual penjamasan di dalam cukup makam Sunan Kalijaga, tak satupun dari mereka diijinkan untuk melihat pusaka yang dijamas. Seluruhnya dilakukan dengan mata terpejam. Siapapun yang berani melanggar wasiat tersebut akan menerima akibat hingga kedua mata bisa mengalami kebutaan. Hal inilah yang menjadikan prosesi ritual penjamasan pusaka Sunan Kalijaga sangat sakral, tak satupun yang berani melanggar wasiat.

Menurut Raden Agus, salah satu cucu Sunan Kalijaga selaku tim penjamas pusaka mengatakan sesuai dengan wasiat Kanjeng Sunan Kalijaga seluruh anak cucu yang menjamas pusaka tidak boleh ada yang berani membuka mata selama berlangsung prosesi menjamas di dalam cungkup makam, maka cara menjamas pusaka seluruhnya dilakukan dengan mata terpejam. Hanya kedua tangan yang dimasukkan dalam bokor minyak jika ada yang berani melihat langsung bentuk pusaka yang dijamas akan mengalami kebutaan.



Bekas minyak yang menempel di tangan ini yang dipergunakan untuk melumasi pusaka. Oleh karena itu setelah prosesi penjamasan berakhir para pengunjung mendatangi gedung pangeran, untuk minta jabat tangan dengan sesepuh. Harapan para penunjung bekas minyak yang menempel di tangan bisa membawa berkah tersendiri.