Dalang kerusuhan 21-22 Mei membidik seorang pimpinan lembaga survei sebagai target pembunuhan. Pengamat intelijen, Ridlwan Habib, menduga alasannya untuk memunculkan ketakutan dan shock therapy pada lembaga survei. Karena hasil survei yang dirilis bisa mempengaruhi opini publik dan merugikan pihak tertentu.