Nurwasito Kenang Putranya yang Meninggal Akibat Kerusuhan 22 Mei

2019-05-23 305

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA — Suasana duka di kediaman korban kerusuhan 22 Mei, Adam Nooryan di Gang Sawah Lio, Tambora, Jakarta Barat masih terasa.

Masih ada bendera kuning yang terpasang di ujung gang dan juga karangan bunga dukacita dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang diletakan di depan pintu rumah Adam Nooryan.

Terpal biru puj masih terpasang menutupi gang antara rumah Adam Norryan dan tetangga depannya, meskipun bangku-bangku biru untuk pelayat sudah mulai dirapikan.

Nurwasito dengan tegar menceritakan kenangan dengan anaknya Adam Nooryan sebelum anaknya meninggal pada kerusuhan 22 Mei 2019 kemarin.

sebelum kejadian Rabu (22/5/2019) pagi, Nurwasito menyebutkan saat Selasa (21/5/2019) malam, ia dan sang putra sempat bercanda soal gaji.

Almarhum baru saja mendapatkan pekerjaan menjadi bartender di sebuah kafe, sehingga lebaran tahun ini ia berkeinginan membelikan baju koko seragam untuk ayah dan adik laki-lakinya.

Sayangnya gaji belum sempat diterima, dan baju seragam belum terbeli, Adam tewas terkena tembakan saat suasana sedang mencekam di kawasan Jati Baru, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) pagi.

“Pulang kerja abis maghrib ngobrol sama saya. Saya becandain “Dam gajian lama amat. Karena ini kerja pertama dia dan belum sempat gaji juga. Iya dia bilang “Iya ayah, Adam juga nungguin ini, pengen beli seragam koko buat ayah sama Faros buat lebaran,” ungkap Nurwasito ditemui Tribunnews.com, di kediammnya di Tambora, Jakarta Pusat, Kamis (23/5/2019).

Nurwasito juga menceritakan anaknya adalah sosok yang baik dan selalu ada saat dimintai bantuan.

Pujian kebaikan dari rekan-rekan Adam saat melayat pun cukup menjadi kekuatan bagi Nurwasito dan keluarga mengiklaskan kematian Adam.

“Iya dia emang banyak yang kenal, aktif di remaja masjid, di karang taruna makanya teman-temannya pada kehilangan,” kata Nurwasito.

Nurwasito terakhir melihat sang putera sekitar pukul 23.00 usai ia salat tarawih dan saat itu anaknya itu tidur, namun saat sahur ia sudah tidak lagi melihatnya.

Nurwasito dan istri, Yuliana menduga putera mereka sedang berkumpul bersama rekan-rekannya di dekat ruma mereka.

Yuliana juga sempat mengirimkan pesan WhatsApp sekitar pukul 03.45 WIB menanyakan keberadaan ananya dan menyuruhnya pulang.

“Biasa dia nongkrong sama temennya lah. Jam 4 kurang 15 menit, ibunya WA suruh pulang sahur. Ditanya dimana jawabnya "di sini" gak jelasin dimana saya pikir di laksa (tempat ngumpul) gitu,” ujar Nurwasito.

Berselang 45 menit, Yuliana mendapatkan telepon yang mengatakan Adam sedang ada di RS Tarakan dan sekitar pukul 05.00 mereka tiba rumah sakit nyawa Adam sudah tidak tertolong.

Pada tubuh bagian belakang terdapat tiga luka tembakan, dan tubuh bagian depan terdapat satu luka.

Terkait luka tembak tersebut, Nurwasito dan keluarga memutuskan untuk tidak membawa ke ranah hukum dan mengikhlaskan kematian sang anak.

“Dokter bilang ini sebenarnya udah ranah hukum. Kata saya engga