Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Elemen masyarakat yang menamakan diri mereka Emak-Emak Pro Demokrasi berunjuk rasa di depan Gedung KPU RI, Jakarta Pusat pada Minggu (21/4) siang. Mereka menuntut KPU untuk selamatkan demokrasi di Indonesia pada gelaran Pemilu 2019 kali ini.
Ratusan emak-emak tersebut datang dengan mengenakan pakaian kebaya mengingat hari Minggu ini bertepatan dengan peringatan Hari Kartini.
Mereka masing-masing juga membawa satu buah buket bunga yang digenggap ditangannya. Serta satu buah spanduk dan papan berukuran 30cmx50cm bertuliskan "KPU Jangan Curang".
"Harapan akan pemilu yang lulur, adil, bersih dan transparan disematkan pada KPU. Namun pada kenyataannya pemilu 2019 kali ini diwarnai lndikasi rusaknya demokrasi oleh KPU," ujar Relawan Seknas Prabowo-Sandiaga, Endah Farida di lokasi.
Mereka merujuk pada ditemukannya ribuan pelanggaran pada TPS tanggal 17 April 2019, kesalahan input yang berujung pada apologi human error tapi merugikan salah satu kandidat presiden.
Para emak-emak itu juga menyinggung pengorbanan petugas TPS yang gugur saat dan usai menjalankan tugasnya. Endah meminta agar pengorbanan mereka tidak berujung sia-sia, dengan cara mengawal amanah suara rakyat di pesta demokrasi tahun ini.
"Jika tidak, maka rakyat akan menunjukkan dirinya sebagai kekuatan. Kami emak-emak memahami beratnya pekerjaan penyelenggara pemilu," ujarnya.
Meski ditengah aksinya hujan mengguyur deras, mereka masih bertahan dan tetap berunjuk rasa.
Salah seorang pria yang berada di barisan depan juga ikut mengutarakan pendapatnya. Ia meminta KPU harus adil dan tidak berubah menjadi begundal-begundal demokrasi.
"Kami percaya pimpinan KPU baik daerah maupun pusat berintegritas," katanya di lokasi.
Setelah berorasi selama kurang lebih 30 menit, kemudian datang perwakilan KPU menemui massa. Ia diberikan bunga oleh para emak-emak itu sebagai tanda ucapan berbelasungkawa untuk penyelenggara Pemilu yang gugur.
Katanya, massa aksi jangan menuduh KPU tidak independen. Ia mempersilakan para emak-emak memantau tabulasi penghitungan suara KPU sebagai cermin bahwa KPU memang terbuka untuk semua dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
"Ibu-ibu jangan bilang KPU tidak independent. Ibu-ibu boleh datang (ke KPU) masuk ke tabulasi. Melihat secara langsung proses penghitungan suara. Jadi kita terbuka untuk semuanya, sama -sama mengawasi," pungkas dia. (*)