Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai, pendukung pasangan capres-cawapres, Joko Widodo-Ma'ruf Amin mulai meniru gaya kampanye pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan menyebarkan negative campaign di media sosial.
Ia menyebut, negative campaign yang dilakukan pendukung Jokowi mulai berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2018.
Kebanyakan, negative campaign itu pun dilakukan di media sosial seperti Instagram dan Twitter.
Hal itu disampaikan Boni dalam diskusi bertema 'Membaca Masa Depan : Seperti Apa Indonesia Jika Jokowi atau Prabowo Terpilih?' di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2019).
"Memang ada upaya untuk meniru negative campaign dalam tiga bulan terakhir sebetulnya, dari Oktober sampai Desember itu saya melihat pendukung Jokowi mulai meniru gayanya Prabowo," kata Boni.
Boni mencontohkan, negative campaign yang dilakukan oleh pendukung Jokowi adalah dengan mempersoalkan secara berlebihan ujaran tampang Boyolali yang pernah diucapkan Prabowo, membuat meme tentang status pribadi Prabowo dan mempersoalkan perilaku Sandiaga.
Menurut Boni, hal-hal tersebut tidak mencerdaskan para pemilih di Pemilihan Presiden 2019 ini.
Selain itu, ia menilai Jokowi lebih dikenal sebagai orang yang menampilkan kampanye positif.
Meski begitu, Boni bersyukur lantaran kampanye negatif itu tidak datang dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf.
"Jadi semakin dia bertahan dengan cara kampanye yang positif, narasi-narasi yang positif, sentimen yang positif dia akan semakin kuat justru. Jadi jangan menari di tabuhan gendang oposisi yang mencoba memainkan pola-pola hitam atau negatif dan itu agak berbahaya untuk Jokowi kalau coba meniru," paparnya.
Boni menduga kampanye negatif yang dilakukan pendukung Jokowi dipicu oleh kejenuhan dan kemarahan terhadap oposisi yang seringkali melakukan black campaign terhadap pasangan nomor urut 1 itu.
Ia mencontohkan kampanye negatif yang dilakukan Prabowo-Sandi seperti menyebarkan propaganda Jokowi Anti Islam, Jokowi didukung PKI dan Jokowi Pro-Cina.
"Sebenarnya ada kejenuhan terhadap skenario negative campaign dan black campaign dari oposisi sehingga menimbulkan kemarahan, itu sebetulnya naluri alamiah. Tetapi saya kira evaluasi sudah dilakukan tetapi pembenahan harus dilakukan, sekali lagi kekuatan Jokowi pada strategi positifnya," terang Boni.