Musim kemarau menjadi berkah tersendiri untuk para perajin gerabah di Desa Wangandawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pasalnya, proses penjemuran gerabah yang mengandalkan panas matahari menjadi lebih cepat dibandingkan musim penghujan.
Pada hari biasa, perajin gerabah hanya dapat memproduksi sekitar 15 hingga 25 gerabah dalam sehari. Namun pada musim kemarau ini, perajin gerabah dapat hasilkan 50 gerabah dalam sehari.
Meski hasil gerabah dua kali lipat dari hari biasanya. Namun perajin gerabah tetap kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Pasalnya banyak pemuda yang enggan untuk melanjutkan profesi ini dan memilih merantau untuk mencari peruntungan.
Proses produksi pembuatan gerabah masih menggunakan cara manual, baik dari mulai proses awal pembuatan hingga proses pembakaran. Untuk pemasaran, biasanya para pembeli datang sendiri ke rumah produksi.
Seiring kemajuan zaman, perajin gerabah sudah mulai tergerus waktu. Hal ini dikarenakan banyak generasi penerus yang memilih pekerjaan lain dibandingkan menekuni profesi ini.