Starbucks pro LGBT, para konservatif mengkumandangkan aksi #boikotstarbucks diTwitter - TomoNews

2017-07-06 11

DKI JAKARTA / INDONESIA — Pemboikotan terhadap gerai kopi franchise asal Amerika Serikat, Starbucks, sempat ramai dibicarakan di media sosial Indonesia sejak 30 Juni karena pro-LGBT.

Padahal keputusan Starbucks untuk mendukung LGBT ini sudah dilakukan oleh Senior Eksekutif Starbucks, Howard Schultz sejak tahun 2013. Keputusan Starbucks yang pro-LGBT dinilai tidak sesuai dengan kebudayaan di Indonesia.

Menganggapi hal tersebut Fahira Idris dari Komisi III DPD RI mendesak pemerintah untuk bersikap tegas dengan mencabut izin Starbucks di Indonesia. Ia pun mengajak ormas-ormas keagamaan mengkampanyekan untuk tidak membeli produk Starbucks. Seruan ini sudah dimulai dengan menuliskan #boikotStarbucks.

Tagar ‘Boikot Starbucks’ hingga kini sudah dipakai lebih dari 25,000 kali. Tentunya dipenuhi dengan debat pro dan kontra dengan seruan pemboikotan ini. Namun dilaporkan dari BBC, percakapan tentang topik pemboikotan Starbucks di Twitter mulai meredup sejak Senin, 3 Juli 2017.

Sebenarnya ada banyak perusahaan besar dan sukses selain Starbucks yang secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap kaum LGBT. Mark Zukenberg pendiri Facebook, Steve Jobs pendiri Apple dan juga Walt Disney juga sudah memproklamirkan dukungannya terhadap kaum LGBT.

Selain itu, juga ada DELL, Google dan Unilever. Perusahaan besar yang kebanyakan produknya kita gunakan sehari-hari juga pro-LGBT. Lalu, apakah setiap perusahaan besar yang mendukung LGBT juga akan ikut-ikutan diboikot?

Banyak netizen yang menilai bahwa aksi pemboikotan ini merupakan bentuk kemunafikan.

Tapi diketahui kini aksi pemboikotan Starbucks meluas ke Malaysia, aksi ini turut digaungkan oleh organisasi Pribumi Perkasa Malaysia.

Lalu bagaimana menurut anda, apakah anda setuju dengan aksi pemboikotan Starbucks?

Free Traffic Exchange