JAKARTA, INDONESIA — Pertarungan politik untuk memperebutkan kursi DKI 1 telah usai sejak tanggal 19 April 2017 dengan kemenangan pasangan Anies-Sandi. Hasil hitung cepat Litbang Kompas telah menunjukkan bahwa 58% penduduk Jakarta memilih pasangan nomor urut 3 tersebut.
Sepanjang perjalanan pemilihan daerah di Indonesia pilkada Jakarta paling sengit dalam sejarah pemilihan daerah di Indonesia. Bahkan media asing juga ikut meliput perebutan tahta DKI 1 ini. Mereka melihat kemenangan Anies-Sandi ini sebagai tanda kebangkitannya garis islam keras.
Dikutip melalui Tribunnews, New York Times mengatakan bahwa selama masa kampanye Anies bertemu dengan para pemimpin Islam garis keras selama kampanye dan tur ke masjid. Hal ini juga tampak ketika Anies pergi ke Istiqlal untuk acara syukurannya yang juga dihadiri oleh ketua FPI Rizieq Shihab.
Kemenangan Anies-Sandi juga menjadi topik pembicaraan hangat di sosial media. Banyak komentar orang-orang yang cukup sedih dan kecewa dengan kekalahan Ahok, tapi juga ada banyak yang lega dan puas dengan kemenangan Anies.
Namun ada hal yang menarik, kelakar netizen yang menyatakan bahwa kemengan Anies adalah era kembalinya korupsi di Jakarta. Memang selama pemerintahan Ahok, birokrasi Jakarta telah dirombak menjadi lebih transparan dan bebas dari pungutan liar. Di tahun 2007 ia sempat dinobatkan sebagai tokoh anti korupsi oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan.
Dan seperti yang dilansir dari Detik.com, suara Anies-Sandi unggul di rumah tahanan KPK dengan 6 suara dan Ahok-Djarot 2 suara.
Meskipun para tahanan KPK memilih Anies-Sandi, kita harus percaya bahwa mereka juga akan memimpin Jakarta dengan profesional dan bersih. Dan Ahok masih akan menjabat sebagai gubernur Jakarta hingga Oktober 2017 lalu dilanjutkan oleh Anies di periode 2017 hingga 2022.
Posisi Anies-Sandi sebagai DKI 1 juga dinilai semakin memperkuat kekuatan Prabowo Subianto ketua umum partai Gerindra sebagai partai pengusung paslon 3 untuk pemilihan presiden di tahun 2019 nanti.