Inovasi pembuatan ogoh-ogoh oleh warga Denpasar Bali, terus berkembang. Saat ini ada ogoh-ogoh berbahan dasar barang bekas yang ramah lingkungan. Meski kerumitan dan waktu pembuatannya lebih lama, semua dilakukan demi kelestarian lingkungan hidup. Jelang perayaan Hari Nyepi, ogoh-ogoh atau patung simbol kekuatan jahat yang akan diarak mengelilingi desa, sehari sebelum puncak perayaan Hari Nyepi atau saat pengrupukan. Pada umumnya, bahan utama pembuatan ogoh-ogoh adalah stryrofoam yang sulit terurai dan kurang ramah bagi lingkungan. Kelompok pemuda di Denpasar Bali, yang berinisiatif menggunakan bahan ramah lingkungan untuk membuat ogoh-ogoh, mulai dari bambu, kayu hingga koran bekas. Meski menggunakan bahan ramah lingkungan, pembuatan ogoh-ogoh tetap memperhatikan detil, sehingga waktu pembuatannya lebih lama, dibandingkan ogoh-ogoh pada umumnya. Untuk membuat ogoh-ogoh dari bambu misalnya, dibutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk menyelesaikannya.