TRIBUNNEWS.COM, TUBAN -- Kepergian pasangan suami istri (pasutri) dan cucu meninggalkan kesedihan bagi keluarga Sunarko (55) dan istrinya Tatik Mudiarti (49), warga Jalan Cendana III nomor 23 RT 08 RW 03 Perumahan Tasikmadu Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten.
Sejak kepergian pasutri itu ke Kalimantan sejak 26 Oktober 2015, keluarga Sunarko harus meneruskan usaha yang dibuat Yuanita (28).
Apalagi, satu adik Yuanita ada yang lumpuh dan hanya Sunarko yang mengurusinya bersamaan dengan meneruskan usaha tersebut.
“Saya tidak kuat ditinggal anak dan cucu saya. Saya seperti diiris-iris. Saya itu kalau dengar suara cucu saya rasanya kayak gimana gitu,” ujar Sunarko sembari meneteskan air mata saat ditemui di rumahnya, Rabu (14/1/2016).
Sejak kepergian Yuanita yang merupakan anak pertama dari pasangan Sunarko dan Tatik, Sunarko melepas semua foto anak dan cucunya yang ada di dinding rumah.
Hal itu dilakukan Sunarko secara terpaksa lantaran, ketika melihat foto-foto itu, ia selalu menangis.
“Semua foto saya copot, saya tidak kuat melihatnya. Saya hanya ingin anak saya pulang. Saya tidak rela anak saya ikut organisasi begitu,” harapnya.
Supaya anaknya pulang, Sunarko pernah minta bantuan kerabatnya untuk memancing Yuanita melalui sambungan telepon.
Saat kerabatnya berbicara dengan Yuanita, dia mengatakan, “Nang kene sepi (di sini sepi)” kata Sunarko menirukan ucapan kerabatnya.
Lalu Yuanita menjawab, “Nek sepi nang kene kabeh lak wes (Kalau sepi ke sini semua saja). Tapi mangan sakanane (tapi makan seadanya)” ucapnya.
Sebelumnya, ibu Yuanita, Tatik Mudiarti (49) mengaku, sebelumnya tidak mengetahui kegiatan Gafatar.
Ia baru mengetahui ketika berita Gafatar marak di media massa sejak polisi menemukan dokter Rica yang diduga ikut Gafatar.
“Saya lihat seragamnya (Gafatar) kok sama dengan yang dimiliki anaknya, kegiatannya sama, ada formulirnya juga. Lalu ada ungkapan di sini bakal ada paceklik,” ujar Tatik saat ditemui di rumahnya, Rabu (14/1/2016).
Dari kesamaan itu, Tatik curiga kepergian anaknya ke Kalimantan. Ia lalu melaporkan ke aparat kepolisian.
Tatik dan anggota keluarganya sebenarnya pernah diajak Yuanita ke Kalimantan. Namun, ia menolak karena saat di Kalimantan kehidupannya lebih enak.
“Anak saya ngajak ke Kalimantan, rumah ini di suruh jual. Dia bilang bekerja di peternakan atau pertanian bersama dengan suami dan cucu saya,” ujarnya.
Selama di Kalimantan, Yuanita masih menghubungi orangtuanya melalui sambungan telepon.
Biasanya, mereka menanyakan kondisi dan kesehatan masing-masing.
Namun, sejak sebulan ini, tidak ada kabar sama sekali. Tatik dan suaminya tidak bisa menghubungi lagi. (*)