TEMPO.CO, Kabut tebal menutupi jalan tanpa aspal dari Tolikara menuju Wamena, Papua. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore pada Sabtu, 2 Januari 2016. Sopir taksi yang Tempo tumpangi, Nico Hisage, menjelaskan, kabut tebal memang setiap hari turun menjelang sore hingga malam di ruas jalan ini.
Sudah menjadi rutenya setiap hari melalui jalan ini sehingga Nico, tanpa bantuan lampu kabut, tahu arah aman menembus kabut. Beberapa truk berjalan beriringan dari arah Wamena sambil membunyikan klakson untuk memastikan ruas jalan aman. Beberapa taksi berlari kencang untuk lolos dari kabut dan kubangan lumpur.
Hujan deras menambah perjalanan kami semakin berbahaya. Ini awal musim hujan setelah lima bulan musim kemarau. Jarak pandang sore itu berkisar 3-4 meter. Jurang menganga di kanan dan kiri jalan. Dari ketinggian sekitar 3.000 meter dari permukaan laut, semuanya tampak putih keabu-abuan. Puncak pegunungan yang menjulang tinggi tak terlihat.
Menurut Nico, hujan deras terjadi di puncak pegunungan sehingga kabut tebal turun ke jalan. Memang, ia berujar, waktu terbaik untuk melintas di jalan ini adalah sebelum pukul 13.00 untuk menghindari kabut tebal. Ia nekat menerjang kabut tebal karena sudah mengenali medan di sepanjang ruas Tolikara-Wamena.
Beberapa kali terjadi kecelakaan, taksi masuk ke jurang. Namun ia meminta Tempo untuk tak khawatir. Maklum, penumpang taksi yang disopiri Nico hanya Tempo. Ia dan kernetnya semula tidak bermaksud ke Wamena karena sepi penumpang. Kemudian, ia teringat sudah memesan kayu untuk membuat kandang babinya.
Sekitar 1 jam berjalan, kabut tebal mulai menghilang. Puncak pegunungan mulai terlihat. Tampak tumpukan kayu teronggok di pinggir jalan di Distrik Pogu, Tolikara.
Videografer dan Reporter: Maria Rita
Narator: Maria Rita
Editor: Ngarto Februana