TEMPO.CO, Ribuan warga berjuang untuk memperebutkan bagian dari gunungan yang dipersembahkan oleh sang raja Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat, kepada rakyatnya. Doa belum usai dipanjatkan, namun warga yang tak sabar menanti dari pagi langsung menyerbu gunungan di halaman Masjid Gedhe Kauman. Warga rela berebut, berdesakan, saling dorong dan saling tindih, sementara itu empat buah gunungan yang diberi nama gunungan putri, dan gunungan kakung ini berisikan berbagai macam hasil bumi, dan kue ketan kering.
Uniknya, ribuan warga yang berdatangan dari berbagai daerah di Yogyakarta bahkan dari luar kota ini, masih memercayai, jika mendapatkan bagian dari gunungan ini, akan membawa berkah tersendiri. Jika disimpan akan membawa keselamatan dan kemudahan rezeki, jika dimasak akan memberikan kesehatan, dan jika ditaruh di lahan akan memabwa kesuburan pertanian. Karena gunungan ini merupakan persembahan dari sang raja untuk rakyatnya, yang hanya dilakukan tiga kali dalam setahun, yakni gunungan pada hari raya Idul Fitri, gunungan pada hari raya Idul Adha, dan gunungan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya, tujuh buah gunungan diarak dari keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan dikawal oleh 7 kelompok bergodo, atau prajurit keraton. Tujuh buah gunungan ini di bagi dalam tiga tempat, empat buah gunungan diperebutkan di halaman masjid gedhe Kauman, dua buah gunungan diperebutkan di Puro Pakualaman dan satu buah gunungan diperebutkan di komplek Kepatihan, atau kantor Gubernur Yogyakarta. Gunungan hasil bumi yang berarti simbol kemakmuran masyarakat Yogyakarta mengahabiskan sedikitnya dua setengah kwintal kacang panjang, sayur mayur, buah-buahan, serta puluhan kilogram tepung untuk membuat kue, dan wajik yang dikeringkan. Gunungan besar dari kraton ini merupakan puncak perayaan hari Maulid Nabi Muhammad SAW yang disedekahkan sang raja setiap tahunnya.
Jurnalis Video: Hand Wahyu (Yogyakarta)
Editor dan Narator: Ngarto Februana